Belum bisa bicara sampai usia 2 tahun bisa menandakan anak mengalami speech delay. Kondisi ini dapat ditangani dengan terapi wicara atau bantuan stimulasi dari orang tua.
“Ada beberapa tanda dan gejala speech delay pada anak yang perlu orang tua waspadai. Misalnya, anak kesulitan meniru suara, lebih suka melakukan gerakan tubuh dibandingkan suara untuk berkomunikasi, atau tidak mampu mengikuti instruksi secara verbal.”
Tanda-Tanda Speech Delay pada Anak
Pada umumnya, anak berusia 2 tahun sudah dapat menguasai sekitar 50 kosa kata dan menggabungkan 2 kata menjadi kalimat sederhana, seperti “aku lapar”. Sementara itu, anak berusia 3 tahun sudah mampu menyusun 3–4 kata menjadi kalimat utuh.
Namun, Bunda perlu mewaspadai adanya kondisi speech delay bila Si Kecil menunjukkan beberapa tanda berikut:
- Jarang mencoba berbicara atau meniru perkataan orang lain
- Tidak bereaksi saat dipanggil
- Menghindari kontak mata saat diajak berbicara
- Kesulitan menyebutkan benda-benda di rumah
- Belum bisa merangkai dua atau tiga kata
- Tidak dapat mengikuti petunjuk sederhana
- Memilih menunjukkan gestur tubuh daripada berbicara saat meminta sesuatu
Berikut ini beberapa tanda dan gejala speech delay pada anak yang perlu dikenali:
1. Anak kesulitan meniru suara
Umumnya, pada usia 18 bulan atau lebih, anak sudah bisa meniru suara yang ia dengar, atau setidaknya mengatakan “mama” dan “papa”. Sedangkan pada usia dua tahun, Si Kecil umumnya sudah mampu mengucapkan kata-kata selain meniru suara. Jika Si Kecil tampak kesulitan meniru suara ataupun belum memiliki kosakata, ayah dan ibu perlu waspada pada gejala awal ini.
2. Lebih suka menggerakan tubuh dibandingkan menggunakan suara
Gejala speech delay berikutnya yaitu anak tampak lebih suka menggerakan anggota tubuhnya, dibandingkan menggunakan suaranya untuk menyampaikan sesuatu.
Sebenarnya melakukan gerakan untuk berkomunikasi masih terbilang normal jika dilakukan anak saat usianya masih di bawah 12 bulan. Namun, saat Si Kecil sudah berusia 18 bulan dan ia masih lebih suka gerakan dibandingkan membuat suara untuk berkomunikasi, maka itu bisa menjadi gejala speech delay.
3. Anak tidak mampu mengikuti instruksi secara verbal
Pada usia dua tahun, anak umumnya sudah dapat memahami dan mengikuti arahan sederhana dari orang tuanya. Misalnya saat ayah atau ibu mengatakan “tolong ambilkan boneka kelinci itu”, tapi anak tidak memahami atau tidak mengikuti arahan.
4. Tidak mampu mengucapkan kata-kata yang dapat dipahami
Tanda dan gejala speech delay berikutnya yaitu anak tidak mampu mengucapkan kata-kata yang dapat dipahami orang dewasa. Orang tua seharusnya dapat memahami sebagian dari kata-kata yang diucapkan anak pada usia dua tahun. Anak pun juga sudah memahami maksud dari kata-kata yang diucapkan.
Pada usia tiga tahun, anak seharusnya sudah bisa memahami kata-kata dan kalimat sebesar 75 persen. Sedangkan pada usia 4 tahun, kata-kata dan kalimatnya sudah lebih baik, bahkan mudah dipahami oleh orang asing. Apabila anak kesulitan mengingat kata-kata yang sudah dipelajari, sebaiknya segera periksakan ke dokter.
Penyebab Anak Mengalami Speech Delay
Beberapa penyebab paling umum speech delay yaitu:
- Adanya gangguan pendengaran.
- Perkembangan lambat.
- Cacat intelektual.
Faktor risiko lainnya berkaitan dengan gangguan perkembangan atau genetik, misalnya:
- Gangguan psikososial, atau anak tidak memiliki cukup waktu berbicara dengan orang dewasa seperti ayah dan ibunya.
- Lahir sebagai anak kembar.
- Autisme (gangguan perkembangan).
- Kebisuan elektif, atau anak tidak mau berbicara.
- Cerebral palsy, gangguan gerakan yang disebabkan oleh kerusakan otak.
Sementara itu, tumbuh di rumah bilingual (orang tua menggunakan dua bahasa) juga dapat mempengaruhi kemampuan bahasa dan bicara anak. Sebab, otak anak harus bekerja lebih keras untuk memahami dan menggunakan dua bahasa. Alhasil, anak membutuhkan waktu lebih lama untuk mulai menggunakan satu atau kedua bahasa yang dipelajari.
Cara Mengatasi Anak yang Mengalami Speech Delay
Selain menjalani terapi wicara, Bunda dapat membantu menstimulasi kemampuan bicara Si Kecil. Beberapa cara yang bisa Bunda lakukan untuk menstimulasi perkembangan berbicara Si Kecil antara lain:
1. Sering mengajak anak bicara
Cara menstimulasi anak dengan speech delay yang paling mudah dilakukan adalah melibatkannya pada setiap percakapan. Bahkan, Bunda disarankan untuk berbicara langsung kepadanya, meski hanya untuk menceritakan apa yang sedang Bunda lakukan.
Sebagai contoh, saat mengganti popok anak, ceritakan dan jelaskan apa yang sedang Bunda lakukan. Bunda bisa menggunakan kata-kata sederhana atau kalimat pendek. Dengan demikian, Si Kecil akan terdorong untuk meniru atau menanggapi perkataan Bunda.
2. Membacakan cerita untuk anak
Membacakan buku cerita untuk anak sejak dini bermanfaat dalam meningkatkan kemampuan bicaranya. Dengan mendengarkan, anak bisa belajar memahami nama-nama benda atau cerita pada buku.
Untuk mendukung terapi speech delay, Bunda dapat meminta Si Kecil menirukan nama-nama tokoh atau benda pada buku yang dibacakan. Bunda bisa mencari buku cerita bergambar karakter kartun yang digemari Si Kecil.
3. Tanggapi perkataannya dan perbaiki
Jika anak mengatakan sesuatu dan kurang tepat artinya, jangan buru-buru untuk menyanggahnya. Bunda sebaiknya menanggapi perkataanya dengan penggunaan kata atau kalimat yang tepat.
Misalnya, bila anak meminta untuk “mengikat” kancing bajunya, Bunda bisa menanggapi dengan mengatakan “Iya, Bunda akan mengancingkan bajumu”. Hal ini bisa mendukung perkembangan anak yang mengalami speech delay.
4. Bantu anak memahami nama-nama benda
Saat menginginkan sesuatu, anak yang mengalami speech delay mungkin hanya akan menunjuk benda tersebut alih-alih mengucapkan kalimat permintaan. Dalam kondisi ini, Bunda bisa membantunya memahami nama-nama benda tersebut.
Dengan demikian, Si Kecil akan terdorong untuk meniru nama-nama benda yang ia dengar.
5. Ajukan pertanyaan agar anak memilih
Merangsang kemampuan anak dengan speech delay bisa dilakukan dengan cara memintanya untuk memilih sesuatu. Berikan pertanyaan kepada anak, misalnya “Kamu mau makan jeruk atau apel?”.
Jika anak menunjuk salah satu dari buah tersebut, minta ia untuk menggunakan kata “jeruk” atau “apel” dalam memilih.
6. Batasi penggunaan gawai
Sebuah studi yang dilakukan pada anak berusia 18 bulan yang lebih banyak bermain gawai menunjukkan bahwa kebiasaan tersebut berkaitan dengan speech delay.
Oleh karena itu, untuk mencegah terjadinya speech delay pada Si Kecil, Bunda disarankan membatasi penggunaan gawai pada Si Kecil hanya 1 jam per hari. Hal ini bertujuan agar anak terdorong untuk berbicara kepada anggota keluarga daripada bermain ponsel.
Selain menerapkan beberapa cara di atas, untuk melatih anak dengan speech delay, Bunda sebaiknya menghindari berbicara menggunakan “bahasa bayi”. Bunda bisa mengajarkan cara berbicara menggunakan bahasa yang baik dan benar.
Perkembangan anak dalam berbicara memang berbeda-beda. Ada beberapa anak yang dapat berbicara sesuai, bahkan lebih cepat dari usianya, tetapi ada juga yang mengalami speech delay dan memerlukan pelatihan ekstra dari orang tua.
Sumber :
- https://www.uma.ac.id/
- https://www.alodokter.com/tanda-speech-delay-pada-anak-dan-cara-mengatasinya
- https://www.halodoc.com/artikel/ini-4-tanda-dan-gejala-speech-delay-pada-anak

